Di tengah krisis ekonomi yang melanda Yunani, Ngadinem Sansuwito, warga negara Indonesia asal Cilacap, Jawa Tengah mengaku lebih beruntung dari teman-teman lainnya. Dia bekerja sebagai penata laksana rumah tangga di Negeri Para Dewa-Dewi itu sejak 2004 atau sudah 11 tahun. Sejak gajinya dipotong 25 persen pada 2012, dia membuat tempe, tahu dan telor asin sebagai penambah penghasilan.
“Alhamdullilah, laris manis,” kata Ngadinem seperti yang dilansir dari Tempo.co. Dari penjualan tempe dia bisa memperoleh tambahan 300-400 euro (sekitar Rp 4,5 juta – Rp 6 juta). Tempe dia jual dengan harga per potongnya 1,2 euro (sekitar Rp 18 ribu) sedangkan tahu 8 euro (sekitar Rp 119 ribu) per kilo yang berisi tiga potong.
Konsumennya adalah masyarakat Indonesia yang tinggal di Athena, atau bisa juga memesan lewat akun Facebooknya, Tempe Sidodadi. Selain dibungkus plastik, tempe buatan Ngadinem juga ada yang dibungkus daun. Ngadinem menggunakan daun murberry sebagai pengganti daun pisang. Seringkali pesanan lewat Facebook begitu banyak hingga Ngadinem tidak mampu memenuhinya.
Majikan Ngadinem tinggal di Drafi, yang masih di wilayah Athena, sekitar 45 menit dari pusat kota dengan Metro. Menurut Ngadinem, situasi krisis mulai terasa sejak 2011, dan semakin memburuk pada 2012. Banyak di antara mereka yang gajinya diturunkan sebanyak 20 persen. Itu pun masih lebih baik ketimbang dipecat.
Dia pasrah gajinya dipotong lantaran majikannya juga bernasib sama. “Bos saya saja kena potong gaji hampir 60% dari pertama kali penurunan gaji pada 2011,” kata dia. “Mereka sudah tiga kali bertahap menurunkan gaji.”
Menurut Ngadinem, pada awalnya gaji 5.500 euro kini ber kisaran 2000 euro. “Menurut nyonya saja bahkan sampai tinggal 1000 euro. Seperti halnya petugas pemadam kebakaran di sini gaji mereka hanya 1000-1200 euro,” kata Ngadinem.
Penghasilan Penjual Tempe di Yunani
Adapun rata-rata penghasilan WNI yang menjadi penata rumah tangga, antara 500 Euro – 700 Euro (sekitar Rp 7,4 juta – Rp 10,4 juta). Meski demikian, dampak krisis menurut Ngadinem tidak terlalu berdampak pada keseharian masyarakat Yunani. “Yang krisis negaranya, bukan rakyatnya,” kata Ngadinem.
Bagi pengangguran yang memenuhi syarat juga dapat mengajukan bantuan dari organisasi tenaga kerja pemerintah OAED sebesar 350-450 (sekitar Rp 5,2 juta- Rp 6,7 juta) Euro. “Banyak juga warga asing mengambil kesempatan ini. Hingga akhirnya OAED tidak mampu memberikan bantuan tersebut sejak 2014,” tutur Ngadinem.
Dampak bagi WNI, selain ada yang dipecat, dipotong gaji atau belum mendapat gaji, dampak lain susah mencari pekerjaan. Kesulitan tersebut makin terasa dan kian parah pada minggu-minggu ini. Sejak Senin lalu bank-bank tutup, ATM dibatasi penarikannya 60 euro (sekitar Rp 889 ribu) per hari, jasa pengiriman uang juga tutup sehingga masyarakat Indonesia yang di Yunani untuk sementara tidak bisa mengirim uang. Transaksi sementara diblokir dari bank pusat. “Harus sangat berhemat. Sembako ada tetapi uang tidak ada,” kata dia.
Ngadinem melihat masyarat Yunani yang biasanya konsumtif mulai sangat berhemat. Mereka berbelanja untuk keperluan satu bulan ke depan. Warga negara Indonesia di Yunani juga ikut berhemat serta prihatin. “Bulan ini hampir semua gaji ditunda dengan alasan tidak ada uang,” kata Ngadinem.
Ngadinem mengaku sangat bersyukur karena majikannya sudah menyiapkan gaji sejak awal sebelum bank tutup Senin lalu. Gaji yang biasanya ditransfer oleh majikan, sudah diberikan tunai. (Syaifulloh Amir / AP)