Tembok Cina merupakan buatan tangan manusia terpanjang di dunia dan saat ini rusak karena kegiatan turis dan penduduk. Sekitar sepertiga bangunan Tembok Cina menghilang, salah satu bentuk perusakan adalah pencurian batu-batu bata Tembok Besar untuk dijadikan bahan membangun rumah dan kondisi alam.
Kerusakan di Tembok Besar ini tak hanya terjadi di satu lokasi, tetapi juga muncul di beberapa bagian antara Shanhaiguan di pesisir timur ke Jiayuguan di tepi Gurun Gobi. Sebagian konstruksi bangunan hancur, sementara di beberapa titik, tumbuhan memenuhi dinding sehingga mempercepat kehancuran. Demikian laporan harian The Beijing Times, dikutip laman National Geografik Indonesia.
Warga desa di kawasan Lulong, provinsi Hebei, dulu selalu mengambil batu bata berwarna abu-abu dari Tembok Besar untuk digunakan membangun rumah mereka, seperti dikutip laman National Geografik Indonesia.
Sementara itu, sepotong batu bata dari Tembok Besar yang dilengkapi ukiran huruf Tiongkok dijual dengan harga 30 yuan atau sekitar Rp 65.000 oleh warga setempat.
“Sayangnya tak ada organisasi khusus untuk menegakkan aturan ini. Kerusakan hanya bisa dilaporkan ke pejabat yang lebih tinggi, dan sangat sulit memecahkan masalah tersebut saat hal itu terjadi di perbatasan provinsi,” kata Jia Hailin, pejabat departemen perlindungan benda kuno di Hebei.
Hukuman Merusak Tembok Cina
Sebenarnya, berdasarkan hukum di China, barang siapa yang mencuri bagian dari Tembok Besar dapat dikenai denda sebesar 5.000 yuan atau Rp 10,7 juta. Demikian dikabarkan harian milik pemerintah, Global Times.
“Selain itu, kondisi alam juga mengakibatkan kerusakan, meski sejumlah bagian tembok terbuat dari bata dan batu, tembok ini tak mampu menahan gempuran hujan dan angin,” kata Dong Yaohui, Wakil Presiden Masyarakat Tembok Besar Tiongkok, kepada Beijing Times.
“Banyak menara yang semakin goyah dan kemungkinan akan ambruk saat hujan angin musim panas menerjang,” tambah Yaohui.
Pembangunan Tembok Cina kali pertama dimulai pada tahun 3 SM. Daerah yang rusak itu, bagian dari tembok sepanjang hampir 6.300 kilometer yang dibangun pada masa pemerintahan Dinasti Ming pada 1368-1644, termasuk tempat yang kini paling banyak dikunjungi turis. (Muhamad Rizky Pradila / AP)