Jakarta,IndonesiaVisioner,-Di Indonesia, AIDS bukan lagi nama penyakit asing didengar. Penderita HIV/AIDS dapat ditemui hingga ke berbagai pelosok, tersebar secara tidak merata berdasarkan tingkat ekonomi dan gejolak sosial masyarakat setempat. Angka-angka yang menunjukkan jumlah penderita positif AIDS, kerap kali bukan merupakan gambaran kondisi sebenarnya. Gambaran penularan HIV/AIDS tidak lebih merupakan fenomena gunung es (iceberg phenomenon).
oleh karena itu Bakornas LKMI PB HMI menggelar refleksi akhir tahun yang diberi tema “indonesia darurat HIV/AIDS? mari lindungi generasi bangsa” pada hari Sabtu 24 Desember 2016 di sekretariat PB HMI jalan Sultan Agung Jakarta.
Diskusi ini dihadiri oleh dr Dyah Agustina Waluyo (Ketua Komite Nasional HIV/AIDS PB IDI), dr Nurlan Silitonga (Direktur Angsa Merah) serta DR Farida Wulandari MPd (Pakar Pendidikan Anak), masing-masing sebagai narasumber. Tutur ketua pelaksana Repil Ansen.
“Peserta yang hadir kemarin dari berbagai latar belakang pendidikan dari mahasiswa UIJ, Kohati PB HMI dan LKMI Cabang se Jakarta” sambung Repil
indonesia darurat HIV/AIDS
dalam materinya dr Dyah Agustina menyampaikan bahwa, data terkini penderita HIV/AIDS tertinggi adalah ibu-ibu rumah tangga, dari pengalaman beliau menangani ibu-ibu rumah tangga tersebut terungkap bahwa rata-ratanya suami mereka suka selingkuh dan main perempuan.
artinya mereka tertular dari suami yang positif HIV/AIDS.
Diyah menambahkan, data hingga Juni 2016, sudah ada 3000 bayi yang tertular Hiv/Aids dari orangtuanya. penderita Hiv/Aids tidak mengenal latar belakang pendidikan dan profesi, mulai dari yang berpendidikan rendah hingga pendidikan tinggi telah banyak yang terkena Hiv/Aids, sebut saja dokter, guru, sopir, karyawan, pengacara, dan berbagai profesi lainnya semuanya sudah ada yang terkena Hiv/Aids. Hiv/Aids telah terjangkit pada semua lapisan masyarakat.
dr Dyah menyebutkan bahwa penanganan Hiv/Aids sekarang tidak bisa hanya diserahkan kepada dokter, semua pihak mesti mengakui dan menyadari bahwa Hiv/Aids ada di sekitar kita dan perlu kesadaran dan penanganan dari semua pihak pula, terutama lingkungan keluarga dan lingkungan pendidikan.
sementara dr Nurlan Silitonga yang juga aktif di Angsa Merah, sebuah institusi yang terus melakukan pelayanan terkait Hiv/Aids di Indonesia ini mengajak peserta untuk merubah pola pikir bahwa Hiv tidak mudah menular, Hiv bisa dicegah, orang dengan Hiv/Aids dapat hidup berkualitas, sudah ada ART, bisa diakses tanpa biaya, tersedia di RS dan puskesmas serta TES HIV DINI MENYELAMATKAN .
dr Nurlan menyikapi tingginya Hiv/Aids di Indonesia mesti juga sejalan dengan pemberian pemahaman kesehatan reproduksi secara dini kepada anak-anak terutama tentang Hiv/Aids ini.
semetara dr Farida Wulandara, pakar pendidikan anak ini menekankan bahwa pendekatan yang paling efektif dalam pendidikan anak adalah smart parenting.
Orang tua mesti jadi garda terdepan terhadap pengetahuan sikap dan perilaku anaknya sehingga banyak hal negatif bisa dicegah termasuk HIV/AIDS. Tutup Farida
Di tempat yang sama, dr Taufan Tuarita selaku Direktur Badan Koordinasi Lembaga Kesehatan Mahasiswa Islam (Bakornas LKMI PB HMI) mengemukakan, Insya Allah folow up dari kegiatan ini Bakornas LKMI akan melakukan pembuatan penyusunan buku atau modul pendidikan kesehatan reproduksi.
Selain itu tabah Taufan, 2017 kami akan fokus pada mengurangi angka kematian ibu dan anak termasuk HIV dan AIDS. Tutup pria asal Maluku ini (MR. Vis)