Oleh : Masdjam Sangadji (Direktur LAPEWI)
Hiruk pikuk kontesatasi pemilukada 2018 di provinsi Maluku semakin semarak dengan kemunculan beberapa nama sebagai rival bagi Ir. Said Assagaf (SA) Gubernur Maluku saat ini yang saat ini diamanahkan menjadi Ketua DPD Partai GOLKAR provinsi Maluku.
Sebut saja, ada nama; Tagop S Soulissa (Bupati Buru Selatan), Herman Koedoebun (deputi di Kejaksaan Agung RI) juga mantan lawan tanding Bib-Ety (SETIA) dalam event yang sama di tahun 2013 kemarin, tak kalah menariknya juga ada nama Murad Ismail (DANKOR BRIMOB) yang dalam pembicaaraan di ruang publik santer akan head to head dengan petahana.
Narasi demikian adalah bukan sesuatu yang istimewa, melainkan hal normatif 5 tahunan sebagai ajang proses demokrasi yang kita anut. Namun, menjadi cermatan dari warga masyarakat peduli demokrasi adalah fenomena incumbent/petahana dalam menyiapkan pendamping guna melanjutkan kepemimpinan untuk periode ke-2 nya.
Secara konkrit, pertanyaan besar yang menggelitik para politisi maupun warga masyarakat baik dengan desah batin yang membisik ataupun riuh menggema dalam lesehan, akankah Bib melanjutkan SETIA ataukah akan beralih ke lain hati ? inilah pertanyaan konkrit yang penuh misteri. Dengan katan lain, ruang publik Maluku masih diselimuti oleh siapa orang atau figur yang akan mendampingi Ir. Said Assagaf sebagai petahana dalam melanjutkan kepemimpinan di Maluku untuk periode 2018-2023.
Dalam konteks inilah, telah muncul beberapa nama yang menghiasai jalan-jalan di seantero Maluku berupa spanduk dan baliho, begitupun dalam konsolidasi yang semata-mata telah menjustifikasi suasana yang demikian sebagai pendamping petahana, terkesan semua memperebutkan hati pak Bib.
Di sisi lain, media sosial selalu menampilkan gambar pak Bib di gandeng dengan beberapa figur yang terlihat sempurna dalam pandangan warga masyarakat
Nama ataupun figur-figur tesebut diantaranya; Andreas Rentanubun (Bupati Maluku Tenggara), Edwin A Huwae (Ketua DPD PDI Perjuangan Maluku + Ketua DPRD Provinsi Maluku), Rudi Mozes Timisela (Ketua DPD Partai GOLKAR Provinsi Papua Barat) dan yang terakhir adalah Bapak Z. Sahuburua/Ety (Wakil Gubernur Maluku saat ini). Yang secara formal telah direkomendasikan melalui Forum Rapimda Partai GOLKAR provinsi Maluku untuk di usulkan ke DPP Partai GOLKAR di Jakarta.
Sehingga, terlepas dari kerja-kerja konsultan (dalam membuktikan kliennya masing-masing dalam tingkat pengenalan, kesukaan maupun keterpilihan), rating-rating variabel tersebut sedang dan akan dipelajari oleh DPP Partai agar memutuskan misteri satu nama dimaksud. Namun ikhtiar lain adalah komunikasi politik secara kelembagaan dalam mendesain figur pendamping sebagai perwujudan atas kekompakan yang mesti di sepakati bersama, agar tidak menimbulkan keterpaksaan situasi dalam menata kepemimpinan selanjutnya,.
Keberlanjutan petahana atas kebersamaan selama ini dalam merespons dinamika figur misteri merupakan domain petahana. Di sinilah slogan “Politik adalah Seni” akan memainkan peran teoritisnya.
Sosok-sosok tersebut di atas yang saat ini dalam melakoni komunikasi politiknya sebagai calon pendamping pak Bib, keempatnya secara personal memiliki kemampuan serta kapasitas yang mumpuni. Mulai dari, Bupati, pimpinan partai politik-unsur pimpinan di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi. Juga politisi senior Maluku yang masih eksis dengan menjabat saat ini sebagai Wakil Gubernur.
Realitas personal masing-masing mereka telah dilihat oleh publik Maluku melalui track-recordnya, sehingga bila keputusannya itu adalah salah satu di antara empat di atas yang akan berpaket dengan pak Bib, maka warga masyarakat Maluku (publik) tidak lagi kaget, mengingat rekam jejak yang tidak diragukan.
Misteri satu nama di hari-hari penantian sedikit membuat kegelisahan di hati para simpatisan juga yang berkepentingan, harap-harap cemas. Namun, kemungkinan kecemasan atau kekhawatiran itu akan sirna di pekan ini. Mengingat jadwal pentahapan oleh KPU semakin dekat, olehnya kesiapan paket pencalonanpun sudah semestinya diputuskan agar menyiapkan konsolidasi pasangan tidak kejar tayang.
Dari kesemua uraian ini, satu hal yang harus digarisbawahi oleh semua kita, bahwasanya segala proses apapun, utamanya politik membutuhkan komitmen yang kuat melalui kesetiaan dalam mengkosolidasikan agenda-agenda pelayanan kepada masyarakat sebagai inti pembangunan.
Mengakhirinya, seruan bagi seluruh elemen masyarakat agar bahu-membahu dalam menyongsong pemilukada damai 2018 di bumi para raja, sebagai wujud tanggung jawab kita berdemokrasi dan menjaga soliditas ke-Maluku-an dalam bingkai Negara Kesatauan Republik Indonesia.