Kemerdekaan Indonesia
Sebelum Menjadi NKRI ( Negara Kesatuan Republik Indonesia ) dikenal dengan nama Nusantara dan Hindia Belanda, Perjuangan Rakyat Indonesia dimulai ketika Belanda Datang Ke indonesia yang di pelopori oleh Cornelis de Houtman tahun 1596, kemudian ia di usir karna terlalu angkuh dan sombong, setelah 2 tahun belanda kembali ke indonesia, armada Jacob van Neck – lah yang pertama tiba di kepulauan rempah – rempah Maluku pada tahun 1599.
Berangkat dari Situlah Cikal Bakal Penjajahan bangsa asing terhadap Bangsa Indonesia mulai Terjadi, Peristiwa – peristiwa Dalam menuju Kemerdekaan tentu bukanlah hal yang tidak mudah, berbagai macam etape – etape the foudhin father dalam kemelut Revolusi politik bangsa indonesia.
6 Agustus 1945, sekutu menjatuhkan bom atom di kota hiroshima, sehari setelah itu BPUPKI berganti nama menjadi PPKI untuk mempertegas keinginan indonesia merdeka. Sekutu menjatuhkan bom atom kedua kalinya di kota Nagasaki pada tanggal 9 agustus dan dari pengeboman kedua tersebut mengakibatkan Jepang mengalami Krisis dan berhasil memukul mundur dari indonesia. Dan kemudian menyerah kepada sekutu secara resmi pada tanggal 14 Agustus 1945.
Hal tersebut di manfaatkan oleh pada tokoh – tokoh nasionalis untuk mengambil peluang untuk segera memproklamasikan Kemerdekaan indonesia. Soekarno dkk, menemui marsekal terauchi untuk mempersiapkan kemerdekaan. Namun ada polemik yang terjadi yaitu para pejuang dan rakyat indonesia menginginkan bahwa kemerdekaan haruslah benar – benar merdeka bukan dari hadiah jepang terhadap indonesia.
Sejarah Menarik Dimulai dari Peristiwa Rengasdengklok 16 Agustus Ir. Soekarno, Moh Hatta, Fatmawati dan Guntur di Bawah Lari ( culik ) untuk menghindari dari Jepang agar segera kumandangkan Kemerdekaan indonesia. Perumusan naskah Proklamasi kemerdekaan disusun hari itu juga pada malam hari di rumah laksamana maeda.
Pada tanggal 17 Agustus 1945, naskah proklamasi itu di baca sekitar pukul 10.00 WIB oleh Ir. Soekarno dan Pada tanggal 18 Agustus PPKI mengambil keputusan untuk mengesahkan dan menetapkan Pancasila dan UUD 1945. Kemudian di tetapkannya Ir. Soekarno dan Moh Hatta sebagai Presiden dan Wakil Presiden Pertama Republik Indonesia.
Begitu brigasnya para pejuang nasionalis untuk kemerdekaan dan Mempertahankan kedaulatan negara, Hingga pada Era sampai 75 tahun indonesia berumur sekarang ini. Banyak sekali peristiwa – peristiwa Pra 45 dan meninggalkan jejak sejarah sampai menuju kontemporer Digit-Globalizm 20.
“Marimoi Ngone Futuru Ke Bhinneka Tunggal Ika”
Saya Menulis Berangkat Dari Para tokoh raja/Kolano Tidore pada saat itu memiliki Semangat Spritualitas dan Kenegaraan Jou Sultan Saifuddin (Jou Kota) untuk memperjuangkan Negara Maluku, kemudian Ekspansi Politik dan Spirit Revolusi Jou Sultan Nuku Sampai Kemerdekaan Negara Tidore dan Maluku pada Umumnya Atas Penjajahan, sampai Jatuhnya integrasi Maluku ke pangkauan Ibu Pertiwi Atas Politik Ir. Soekarno Terhadap jou Sultan Zainal Abidin Syah ( Tidore) dan Jou Sultan Iskandar Djabir syah (Ternate).
Pertengahan abad 16 Francis Xavier telah mengatakan bahwa Maluku berarti “ Kepala Seekor Banteng”, Ada tiga mitologi dalam Tradisi Kesatuan Maluku yaitu, sebuah pulau, sebuahwilayah, dan Maluku sebagai Keseluruhannya. Leonard D. Andaya juga menulis dalam “Memory van Overgave ( Laporan serah terima Jabatan )” Secara Umum Pembagian antara Orang Maluku: Loloda, Ngara Ma-Beno ( Loloda, Dinding Gerbang ), Jailolo, Jiko Ma-kolano ( Jailolo, Penguasa Pantai), Tidore, Kie Ma Kolano ( Tidore, Penguasa gunung ), Ternate, Kolano Ma-Luku ( Ternate, Penguasa Maluku ), Bacan, Kolano Ma-dehe ( Bacan, Penguasa Unjung ). Bukunya The Word Of Maluku. Namun, abad ke 17 Belanda Mencatat bahwa, meskipun penguasa Tidore Merupakan Kie Ma-kolano ( Penguasa Gunung ), Gelar lebih umum ialah Kaicili ( Penguasa ) Maluku.
Selama 859 Tahun ( 1108 – 1967 M ) Jazirah Al – Mulk ( Kesultanan Tidore ) mampu Menyatukan keragaman Suku, Ras, Agama dan Budaya Melalui Peraturan “Kie Se Kolano” ( 1868 M ) dalam bukunya Ilham Rosyidi, S.H., MH tentang Sejarah Hukum, Beliau juga menjelaskan bahwa dalam Catatan sejarah bahwa Selain Kerajaan Sriwijaya Sebagai kekuasaan Tertua di nusantara, kerajaan Tidore dan Ternate juga merupakan kerajaan Tertua kedua Setelah Sriwijaya ( tatanegara Majapahit, 1962 dan Cakrawala Indonesia, 2005 ).
Jauh sebelum Peraturan “Kie Se kolano” ada, di tahun 1322 silam di tanah ini Ada satu peristiwa besar yang itu sebagai dasar dalam Bahasa Modern Sebagai Kontsitusi awal Para Raja / Sultan Melakukan Persekutuan dan Negosiasi, peristiwa itu adalah Moti Verbond (1322), Adnan Menuliskan Sejak persekutuan dibuat Warga Moloku kie raha (Empat kerajaan di maluku) mengalami masa aman dan damai dari berbagai intrik politik dan permusuhan selama 20 Tahun.
Sultan Saifuddin ( 1657-1689 ) – salah satu kesekian para sultan Tidore ( Maluku ) Yang Menetapkan Asas – asas dalam Kenegaraan Modern. Dalam Catatan The Word Of Maluku Saifudin dikenal sebagai Seorang ahli pada tradisi – tradisi Maluku. Pergolakan Antara Portugis dan spanyol yang memanfaatkan dulisme Kekuasaan Maluku, sultan saifuddin akhirnya memutuskan untuk mendekati belanda dengan tujuan menghilangkan imprealisme spanyol dari kerajaannya. Jalnnya kontes dualisme telah di ubah oelh keputusan saifuddin untuk menolak orang – orang spanyol.
Salah satu idenya yaitu beliau sangat percaya adanya perlu memeliki empat kerajaan di maluku: Ternate, Tidore, Jailolo dan Bacan. Bahkan dalam sebuah surat dengan padtbrugge Gubernur Belanda, saifuddin menyampaiakn bahwa di maluku selalu ada empat kerajaan, untuk itu harus kembalikan sesuai dengan konsep masa lalu, mendesak belanda untuk mengemalikan kaicil Alam ke posisi yang sah sebagai sultan Jailolo ( Leonard Y. Andaya ).
Dalam bukunya sejarah hukum yang ditulis oleh ilham rosyidi menyebutkan bahwa saifudin meletakan Asas Pemerintahan, asas ekonomi dan asas hubungan sosial yaitu, Jaga Loa Se Banari, Kie Sekolano, Adat Se Nakodi, Atur Se Aturan, Fara Se Filang, Syah Se Fakaat, dan pemilahan lainya.
Sekitar 32 tahun semasa pemerintannya, saifuddin tidak pernah mengangkat pedang untuk menyelesaikan suatu masalah, Bahkan di kenal bijak, dan cerdas ( Andan Amal ).
Nuku ( 1797-1805 ): Penakluk Maluku dan Pahlawan Indonesia yang tidak Terkalahkan. Pasca dari wafatnya Sultan saifuddin Maluku ( Tidore ) Mengalalami masa – masa Kegelapan hingga mucul sang pangeran Pejuang Yang eksis dalam Nilai – Nilai Leluhur Ketauhidan dan semangat Kemanusiaan, Selama kurang lebih 25 tahun Pangeran Jou Barakati Spritnya tidak pernah Pudar untuk Melawan Penindasan dan penjajahan, hanya utuk mengembalikan Kemerdekaan Negara Maluku, dan Mengembalikan Fitrah Tidore ( Maluku ) Sebagai Bangsa yang Berdaulat Seperti Sultan sebelunya ( Baca : Saifuddin ).
Awal Pergolakan Ketika dimulainya perselisihan Pulau Seram ketika Traktat yang di buat sultan Tidore ( Jamaludin) dan Pemerintah V.O.C di ternate , dalam Catatan Muridan. Akibatnya Terjadi penangkapan dan Pengasingan Sultan Jamaludin, Pangeran Garamahongi, Pangeran Zainal Abidin dan Sultan Bacan. Dan setelah itu di angkatlah pangeran Gaijira kemudian Patra Alam, sebab Intervensi V.O.C terhadap kesultanan sangat kuat. Dan Akhirnya Malukukan Pemberontakan Di Tidore.
Diketahui Oleh Gubernur belanda, akhirnya penyerangan pun di lakukan Ketika Nuku Melakukan Pertemuan Di Negeri Toloa. Berangkat dari sini lah nuku Mulai Melakukan Pelayaran. Tahun 1780 Menjadi Kisah Dalam catata sejarah Traktat Hilangnya Kemerdekaan yang dilakukan oleh Patra Alam. Traktat itu dapat dilihat Sebagai Akhir Dari Tidore dan Maluku Sebagai Negara Berdaulat dan Merdeka.
Nuku Mulai Membangun kembali Tradisi Perstauan “Marimoi ngone Futuru” tidak memerlukan waktu yang cukup lama, berhasil mengumpulkan Pasukan di Wilayah – Wilayah pinggiran Tidore. Orang Papua, Raja Ampat, Orang Gamrange, Gebe dan Seram. Bahkan nuku dan pasukannya berhasil menyerang Nusatelu ( Drie Gebroeders ) dan Menagkap Orang Eropa. Nuku Kemudian Diangkat Menjadi Sultan Di Seram.
Pasukan Nuku Terus bermbah Pesat dan Semakin Kuat sehingga menjadi ketakutan bagi Patra Alam dan Gubernur V.O.C dan Gubernur Ambon. Mereka Mecoba untuk menundukan Orang Papua agar Patuh terhadap Sultan Tidore ( Baca: Patra Alam) hanya satu kepala sangaji yang tunduk yaitu sangaji muka pada tahun 1783, dalam situasi yang semakin tidak menentu itu, V.O.C menurunkan Patra Alam dan menggantikannya dengan Pangeran Kamaludin.
Dalam Catatan Muridan Dari Pemberontak Menjadi Sultan merupakan Penjalanan Panjang dalam Mengembalikan Esesi Maluku, DI Tahun Kemuduran Sementara dan Epedemi ( 1785 – 1790 ) Nuku dan Pasukannya Hampir Mengalami Kekalahan terhadap Belanda, Namun atas Komitmen Serta ketegasan tanpa Kompromi itulah Nuku dan Pasukannya Kembali Bangkit dan mengumpulkan Basis Kekuatan ( 1791 – 1796 ), Nuku Mulai Barafiliasi dengan Inggris untuk menjadi Sekutunya. Hingga Pasukannya sudah matang untuk Menyerang, Namun Sebelum melakukan Penyerangan Nuku Sempat Mengirim Surat Ke Kamaludin untuk meminta Bergabung Melawan Penjajahan, dan akhirnya tepat pada 12 April 1797, 70 Kora – Kora Tiba Di Tidore sayangnya Kamaludin beserta Gubernur V.O.C dan pasukannya melarikan diri ke Ternate. Disambutlah Masyarakat Tidore Antas Kedatangan Nuku dan Pasukannya. Semalam itupun juga Kamaludin dan pasukannya Kembali ke Tidore dan mengangkat Nuku Sebagai Sultan.
Revolusinya belum sampai disitu Muridan juga menjelaskan bahwa Nuku Kemudian mengatur siasat untuk Penaklukan ternate ( 1798 – 1801 ), Terjadi peperangan hingga pengepungan dan akhirnya ternate Menyerah walaupun Gubernur Belanda Tidak Mengakui Kekalahannya. 1801 dan Sultan nuku akhirnya di nobatkan Oleh Pihak inggris, Suatu Pengakuan Penting Bagi bangsa Eropa. Inggris menyebut Tidore Sebagai Sekutu dan hubungan tidore dalam kesetiaan, persahabatan dan persekutuan kemudian Tidore Mendapat Kedudukan sebagai Negara Merdeka.
Zainal Abidin Syah ( 1946-1956) : Momentum Spaktakuler Negara Maluku Terintegrasi Ke dalam NKRI. Masyarakat Maluku juga turut berjuang dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia pasca proklamasi 17 Agustus 1945, semangat perjuang itu dapat di lihat dari pendirian alat perjuangan “partai Persatuan Indonesia” ( PI )” Dan Salah satu pejuangnya adalah Sultan Zainal Abidin Syah ( Tidore ) yang Sebagai Pro-Republik dan Sultan Iskandar Djabir Syah ( ternate ) yang sebagai Moderat Sekaligus Residen Maluku Utara.
12 November 1945 Mereka melakukan Pertemuan Kondisi Maluku Utara Pasca Proklamasi kemerdekaan RI. Dan menghasilkan kesepakatan : (i) Melarang kehadiran Belanda Di ternate, (ii) Menuntut dihapusnya Swapraja ternate, (iii) Mensosialisasikan Proklamasi Kemerdekaan RI.
Antara Sultan Zainal Abidin syah dan Sultan Inskandar Djabir syah ini terdapat perbedaan dalam Momentum Pembentukan Kondisi Maluku saat itu, sehingga sultan Iskandar Djabir syah mengundnag Arnold Mononutu dan Chasan boesoire di kadaton ternate, utnuk pembentukan Partai yang bercorak rijkverband Namun di tolak, kemudian Sultan Mendirikan sendiri Partai rijkverband yang di namakan PASMO (Partai Sedjarah Maluku Utara).
Walaupun Sultan Iskandar Djabir syah ini Selalu Bersahabat Dengan Hindia Belanda, tetapi beliau Tidak Sejalan dalam Negara yang di bentuk Oleh Hindia Belanda yang di jadikan Sebagai Boneka Hindia Belanda, Gagasan Negara dalam Dalam Konsep sultan Iskandar Djabir syah adalah Bentuknya Bukan Sebagai “Negara Kesatuan” tetapi Negara Federasi / Negara Bagian. Hindia Belanda Maupun Indonesia Harus bisa Memberikan Seluas – luasnya untuk kemerdekaan Maluku Utara ( Swapraja ).
Disana di temukan Adanya NIT yang ibokotanya adalah Jogja, sehingga tanggal 18 Februari 1948 Mononutu berangkat Ke Jogja dengan membawa misi diplomatik antara Pemerintah RI dan Pemerintah NIT. Dan NIT sudah Dikuasai oleh kelompok Nasionalis Pro – Republik. Setelah intu Manonutu ke Tidore dan meminta kepada sultan dan rakyat Tidore untuk mempertahankan Papua ( Irian Barat ).
Kontroversi Perebuatan Irian jaya ( Papua) Semakin Membesar mulai dari Sepak Terjang Dari Pertemuan Maliano hingga Ke KMB, Belanda Optimis untuk Mendirikan Negara Diluar NIT yang namanya RIS dan Mengesahkan UUDS 1950, Tidak Berlangsung lama negara Boneka Hindia Belanda itu ( RIS ) bubar, Zainal abidin Syah Diundang oleh pihak hindia belanda ( Belanda ) dan di tawarkan tiga opsi: Papua dan Tidore Menjadi Negara Merdeka, Papua dan Tidore Menjadi Negara Berdaulat dibawah kerajaan Belanda, dan atau Papua dan TidoreMenyatuh dengan Konsep Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Tepatnya 17 agustus 1956 Indonesia membentuk Propinsi Irian Barat dengan ibukotanya di Soasio ( Tidore) dan Sultan Zainal Abidin Syah Diangkat Menjadi Gubernur Pertama.
75 Tahun ? ( Catatan Kemerdekaan )
Suatu catatan Penting Selama 75 Tahun Untuk Indonesia Terhadap Maluku dan Ekspansinya. Merdeka bukan Menunjukan Eksistensinya Secara Politik, Merdeka Bagi Tan Malaka Adalah Baik Secara Ekonomi, Sosial dan Pemerintahan dan yang terpenting adalah Tanpa Kompromi ( Merdeka 100% ).
Indonesia Diprediksi Oleh Susilo bambang Yudhoyono, berkecenderungan Menuju Empat Skenario yang diperkirakan bakal menentukan masa depan Indonesia Pasca Reformasi: (1) Indonesia akan tumbuh menjadi Negara demokratis; (2) Indonesia menjadi negara semi otoritarian; (3) Indonesia menjadi Negara Islam; (4) Indonesia mengalami disintegrasi, Terpecah – pecah menjadi beberapa negara Kecil (Irham Rosydi, S.H.,MH, Sejarah hukum: 2009).
Perjuangan Bangsa Indoesia Tidaklah Mudah untuk Bung Karno dan Bung Hatta Dalam Menuju kemerdekaan Republik Indonesia tetapi dilihat dalam catatan sejarah Sangat Mengerikan Ketika Sultan Saifuddin, Sultan Nuku sampai Sultan Jainal Abidin syah dan Iskandar Djabir Syah ( Ternate ) Memperjuangkan Kemerdekaan Negara Maluku Sampai Diintegrasikan kedalam NKRI Berangkat dari Pusat Dunia Ke Kemerdekaan Maluku sampai Merubah Menjadi Negara Indonesia Timur ( NIT ) Kemudian Menjadi Negara Kesatuan RI.
Bercermin dari Sultan Saifuddin ( Jou Kota ) Dalam Mempertahankan Empat Kerajaan di Maluku Sebagai Falsafah Kesatuan Maluku, serta Pengelolahan Kenegaraan, Saifuddin Menjadi Dasar Falsafah yang bijak dan damai. Kemudian Praksisnya Adalah Sultan Nuku ( Jou Barakati ) Dikenal dengan Militansi dan Semangatnya Tidak Pernah Redup, Kurang Lebih 25 Tahun selalu diselemuti Pertempuran dalam Perjuangan Pembebasan, Tidak Pernah Kompromi Dengan Penindas dan Penjajahan sampai Kemenangan Jatuh di tangannya.
Dengan Situasi dan Kondisi 75 Tahun Indonesia, Spirit ini menjadi dasar Pijakan bagi Kita Semua Untuk Bergerak dalam menggapai Kemerdekaan yang Sejatinya. Tuntaskan Kemerdekaan!